TETAP BERTAHAN



Aku memutuskan untuk melayani Tuhan dengan segenap hati setelah aku tahu bahwa Tuhan memanggilku untuk pelayanan tersebut.

Jemaat yang aku layani cukup banyak dan sedapat mungkin aku melayani mereka sebaik-baiknya.

Aku mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran agar kebutuhan rohani mereka terpenuhi.

Aku akan sangat bahagia ketika mengetahui bahwa mereka bertumbuh di dalam iman percaya.

Namun terkadang aku seringkali merasa tidak cukup kuat untuk bertahan di dalam pelayanan yang Tuhan percayakan.

Sungguh, bukan karena aku tidak menyukai pelayanan ini. Tetapi karena beratnya beban pelayanan yang harus kutanggung.

Aku kerapkali merasa putus asa, aku merasa telah berusaha dengan berbagai upaya agar jemaat yang aku layani merasa dipuaskan, namun tidak semua jemaat yang aku layani bisa mengerti hal itu.


Kalau boleh jujur, seringkali timbul pertanyaan besar dalam hatiku, betapa beratnya tugas seorang pelayan Tuhan, terutama saat menghadapi penilaian-penilaian jemaat yang terus menyoroti kekurangan, sementara kelebihan tidak pernah mereka perhitungkan.


Aku merenungkan akan pelayanan Musa yang juga mengalami tekanan yang lebih besar dari pada yang kualami, sehingga ia berseru kepada Tuhan,


"Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini?

Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangnya?

Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan.

Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku.” (Bilangan 11:11-14).



Kurang lebih seperti inilah yang aku alami.

Dalam ketertekanan hati dan perasaan, aku kadang berpikir, “Teman bukan, saudara bukan, mengapa aku harus berlelah memikirkan, merawat dan memperhatikan mereka, sementara mereka membenci dan menyalahku…?”


Aku hampir menyerah dan meninggalkan semuanya ketika aku teringat bahwa aku bukan bekerja untuk diriku sendiri, juga bukan untuk manusia, tetapi aku bekerja untuk Tuhan, aku sedang melayani umat Tuhan, dan Tuhan sendirilah yang memanggilku untuk tugas mulia ini.

Aku menyadari bahwa sesungguhnya seorang hamba bukanlah hamba sampai ia menyerahkan seluruh kehendak bahkan seluruh hidupnya kepada "Sang Majikan" yang dilayaninya.

“Ya Tuhan, aku mau terus setia, hanya aku minta kekuatan dan kemampuan dari-Mu agar aku tetap bertahan.”



Saudaraku terkasih,

Kita semua dipercayakan Tuhan untuk melayani umat-Nya, ketika tekanan itu datang, janganlah mundur. Berserulah kepada Tuhan yang kita layani agar Ia turun tangan dan membuka jalan bagi penyelesaian masalah kita.



(Mazmur 126:4-6)

Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.

Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.



Turn to freedom our captivity and restore our fortunes, O Lord, as the streams in the South. They who sow in tears shall reap in joy and singing. He who goes forth bearing seed and weeping shall doubtless come again with rejoicing, bringing his sheaves with him.


Doaku:

Allah Bapa Sorgawi, Tuhan Yesus dan Roh Kudus. Kuatkan aku senantiasa untuk tetap bertahan dalam pelayanan yang Engkau percayakan padaku. Terimakasih karena Bapa selalu mengingatkan bahwa aku bukan bekerja untuk manusia, tetapi bagi kemuliaan nama Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa dan mengucap syukur. Amin.
------------------------------------

LORD JESUS bless you and me, now and forever. Amen. 

0 komentar:

Posting Komentar